Kendati pasar properti residensial di Jawa Timur boleh dibilang
masih kurang bergairah. Akan tetapi, sebagian pengembang mulai
menaikkan harga jual rumahnya walaupun tidak tinggi. Hal itu dilakukan
semata untuk mengimbangi kenaikan biaya produksi seperti belanja
bahan
Pemimpin Bank Indonesia Surabaya Lucky Fathul Aziz, akhir pekan
lalu, mengatakan, hasil survei harga properti residensial menunjukkan
adanya kenaikan harga properti selama empat bulan terakhir, khususnya
untuk tipe kecil dan menengah. Harga rumah tinggal rata-rata naik 3,66
persen.
Kenaikan harga banyak terjadi pada proyek perumahan yang dibangun
di luar Sidoarjo, tetapi masih di beberapa
dominan, seperti
Direktur Umum PT Jatim Graha Utama (JGU) Erlangga Satriagung
salah satu badan usaha milik daerah yang bergerak di bidang properti,
mengatakan bahwa rumah yang paling banyak diminati adalah tipe kecil
dan rumah sederhana sehat (RSH).
Selain banyak fasilitas dan kemudahan yang diberikan oleh
pemerintah kepada pengembang maupun pembeli RSH, katanya, harga
rumahnya juga relatif terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah
dengan kisaran Rp 1,5 juta - Rp 2 juta per bulan.
Tahun ini, Pemerintah Provinsi Jatim menargetkan pembangunan RSH
bersubsidi sedikitnya sebanyak 20.000 unit. Akan tetapi, yang
terpenuhi diperkirakan kurang dari 10.000 unit.
Selain banyak pengembang yang enggan membangun karena marginnya
kecil, kata Agung, dari sisi pasarnya sendiri juga belum membaik. Daya
beli masyarakat masih sangat lemah akibat belum bergeraknya sektor
riil.
PT JGU sendiri berencana membangun 460 unit RSH untuk tahap awal.
Menambah sekitar 560 unit lagi pada tahap berikutnya. Dalam
pembangunannya tersebut, JGU akan menggandeng beberapa pengembang
yang sudah berpengalaman.
Adapun pembangunan 460 unit RSH yang dikhususkan bagi pegawai
negeri sipil ini sudah dilakukan di atas lahan seluas 5,5 hektar di
daerah Menganti, Kabupaten Gresik.
Adapun 560 unit lagi akan dibangun di beberapa daerah, seperti